Secara sederhana, interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Interaksi sosial dapat terjadi jika ada kontak sosial dan komunikasi. Kedua hal tersebut merupakan syarat mutlak sebagai salah satu hakikat interaksi. Hubungan timbal balik antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok berlangsung secara dinamis. Hubungan yang terjadi bisa besifat positif ataupun bersifat negatif. Hal tersebut bergantung pada proses yang berlangsung ketika interaksi terjadi.
Proses yang timbul akibat adanya interaksi sosial secara garis besar dibedakan menjadi dua bagian, yaitu proses asosiatif dan proses disosiatif.
Interaksi sosial asosiatif terdiri dari beberapa bentuk yaitu :
1. Kerja sama (cooperation)
2. Akomodasi (accomodation)
3. Asimilasi (assimilation)
4. Akulturasi (aculturation)
Interaksi sosial disosiatif dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk yaitu :
1. Persaingan (competition)
2. Kontravensi (contravention)
3. Konflik (conflict)
Kerja Sama
Kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang menitikberatkan pada kepentingan dan tujuan bersama melalui suatu usaha yang dilakukan bersama-sama antar individu atau kelompok.
Kerja sama umumnya terjadi jika individu atau kelompok sama-sama memiliki tujuan atau visi yang sama dan menyadari manfaat dari tindakan tersebut. Mereka sadar bahwa kerja sama merupakan salah satu cara untuk mewujudkan visi mereka.
Dilihat berdasarkan prosesnya, kerja sama dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
1. Kerja sama spontan
2. Kerja sama langsung
3. Kerja sama kontrak
4. Kerja sama tradisional
Kerja sama spontan merupakan kerja sama yang dilakukan secara serta merta didasari oleh kesamaan visi, misalnya kerja sama yang dilakukan oleh dua orang murid untuk mengerjakan tugas sekolah atau pekerjaan rumah mereka.
Kerja sama langsung merupakan bentuk kerja sama yang terjadi karena adanya perintah dari atasan atau sesorang yang berpengaruh, misalnya sekelompok murid bekerja sama membersihkan kelas karena ada perintah dari guru mereka.
Sesuai dengan namanya, kerja sama kontrak terjadi karena adanya dasar tertentu yang termuat dalam kesepakatan bersama, misalnya seorang pegawai yang bekerja sama dengan rekan kerja sekantornya karena hal tersebut merupakan bagian dari kontrak kerja.
Kerja sama tradisional terjadi sebagai bagian antarunsur dalam sistem sosial. Dengan kata lain, kerja sama tersebut berlangsung baik secara sadar ataupun terpaksa karena mereka adalah bagian dari lingkungan itu, misalnya kerja sama gotong royong di suatu desa.
Jika dilihat berdasarkan pelaksanaanya, maka kerja sama dapat dibedakan menjadi lima bentuk yaitu gotong royong (sistem sosial), bargaining (pertukaran barang atau jasa), kooptasi (penerimaan unsur baru), koalisi (kombinasi antar organisasi), dan joint venture (pengusahaan bersama).
Akomodasi
Akomodasi merupakan bentuk interaksi sosial berupa penyesuaian diri guna menjaga persatuan dan menghindari atau merdakan pertentangan. Akomodasi mengacu pada keseimbangan sosial.
Akomodasi bertujuan untuk mengurangi perbedaan pandangan, menghindari pertentangan politik atau permusuhan antar golongan, menciptakan keseimbangan antar masyarakat yang dipisahkan oleh sistem kelas, dan mengupayakan proses pembauran di antara kelompok.
Jika dilihat berdasarkan prosesnya, akomodasi sebagai upaya untuk meredakan petentangan terdiri dari beberapa bentuk yaitu:
1. Koersi (menghadirkan paksaan)
2. Kompromi (mengurangi tuntutan)
3. Arbitasi (menghadirkan pihak ketiga)
4. Mediasi (menghadirkan juru damai)
5. Konsiliasi (mencari kesepakatan)
6. Toleransi (menghindari perselisihan)
7. Stalamet (berhenti karena seimbang)
8. Ajudikasi (melibatkan pengadilan)
9. Segregasi (saling menghindar)
10. Eliminasi (pengunduran diri)
11. Domination (menguasai lawan)
12. Majority rule (melakukan voting)
13. Minority consent (tetap bertahan)
14. Konversi (mengalah)
15. Cease fire (penangguhan)
Asimilasi
Asimilasi merupakan bentuk interaksi asosiatif berupa upaya-upaya untuk mengurangi perbedaan antar individu dan kelompok untuk mencapai kesepakatan bersama. Jadi, interaksi yang terjadi pada akhirnya fokus pada tujuan dan kepentingan bersama.
Asimilasi dapat terjadi jika masing-masing pihak memiliki sikap toleransi, saling menghargai, terbuka satu sama lain, mempunyai persamaan, dan sama-sama mempunyai kesempatan yang seimbang.
Selain itu, interaksi sosial berupa asimilasi juga dapat terjadi jika pihak-pihak yang bersangkutan sama-sama memiliki musuh yang sama di luar lingkungan mereka atau karena adanya perkawinan campuran yang menggabungkan kebudayaan berbeda.
Akulturasi
Akulturasi merupakan bentuk interaksi sosial asosiatif yang ditandai dengan berpadunya dua kebudayaan yang berbeda sehingga terbentuk suatu kebudayaan baru yang masih mengandung unsur-unsur asal dari masing-masing kebudayaan.
Reaksi masyarakat terhadap akulturasi sangat beragam. Ada masyarakat yang sangat terbuka dengan kebudayaan baru sehingga mudah berbaur dan melakukan akulturasi. Tetapi ada juga kelompok masyarakat yang tertutup dan menolak kebudayaan lain sehingga akulturasi sama sekali tidak terjadi.
Selain empat bentuk di atas, terdapat beberapa bentuk lain yang termasuk interaksi asosiatif yaitu dekulturasi, paternalisme, integrasi dan pluralisme.
Persaingan
Persaingan merupakan bentuk interaksi disosiatif yang ditandai dengan perjuangan kedua belah pihak atau pihak-pihak terkait untuk mencapai tujuan mereka masing-masing.
Jika dilihat berdasarkan pelakunya, maka persaingan dapat dikelompokkan menjadi persaingan individu dan persaingan kelompok.
Persaingan individu merupakan persaingan yang bersifat pribadi dan melibatkan dua orang atau lebih yang sama-sama berjuang untuk mencapai tujuan tertentu yang menjadi keinginan mereka misalnya persaingan antar calon ketua osis.
Persaingan kelompok merupakan persaingan yang bersifat non pribadi mengatasnamakan kepentingan kelompok dan melibatkan dua atau lebih kelompok yang sama-sama bersaing untuk mencapai tujuan tertentu misalnya wilayah kekuasaan.
Kompetisi dapat bersifat positif atau bersifat negatif tergantung bagaimana proses atau metode yang digunakan masing-masing pihak dalam mencapai tujuan mereka.
Kompetisi yang positif akan memicu masing-masing pihak untuk berjuang ke arah yang lebih baik. Sebaliknya, kompetisi yang negatif dan tidak sehat akan menimbulkan konflik dan pertentangan.
Kontravensi
Kontravensi merupakan bentuk interaksi disosiatif berupa upaya menentang secara tersembunyi dengan maskud untuk menghindari terjadinya konflik langsung. Kontravensi ditandai dengan adanya ketidakpuasan dan ketidakpastian yang kemudian dipendam dan disembunyikan.
Secara garis besar ada lima bentuk kontravensi, yaitu :
1. Kontravensi umum (penolakan atau perlawanan)
2. Kontravensi sederhana (penyangkalan)
3. Kontravensi intensif (penghasutan)
4. Kontravensi rahasia (pengkhianatan)
5. Kontravensi taktis (provokasi)
Konflik
Konflik atau pertentangan merupakan bentuk interaksi disosiatif berupa perjuangan individu atau kelompok untuk memenuhi tujuan mereka dengan cara menantang lawan. Konflik ditandai dengan adanya perlawanan, ancaman, atau kekerasan yang menimbulkan permusuhan.
Bentuk-bentuk pertentangan yang umum terjadi di lingkungan masyarakat antara lain:
1. Pertentangan individu karena kebencian yang timbul sejak awal.
2. Petentangan rasial yang timbul karena perbedaan ras
3. Pertentangan antar kelas karena perbedaan kelas sosial
4. Pertentangan politik karena adanya tujuan politik
5. Pertentangan internasional yang melibatkan beberpaa kedaulatan
Konflik merupakan salah satu interaksi sosial yang besar potensinya menimbulkan penyimpangan sosial dan menganggu persatuan.
Proses yang timbul akibat adanya interaksi sosial secara garis besar dibedakan menjadi dua bagian, yaitu proses asosiatif dan proses disosiatif.
Interaksi sosial asosiatif terdiri dari beberapa bentuk yaitu :
1. Kerja sama (cooperation)
2. Akomodasi (accomodation)
3. Asimilasi (assimilation)
4. Akulturasi (aculturation)
Interaksi sosial disosiatif dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk yaitu :
1. Persaingan (competition)
2. Kontravensi (contravention)
3. Konflik (conflict)
Interaksi Sosial Asosiatif
Interaksi sosial asosiatif merupakan interaksi yang sifatnya persekutuan. Interaksi seperti ini biasanya memicu terbentuknya persatuan atau integrasi sosial.Kerja Sama
Kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang menitikberatkan pada kepentingan dan tujuan bersama melalui suatu usaha yang dilakukan bersama-sama antar individu atau kelompok.
Kerja sama umumnya terjadi jika individu atau kelompok sama-sama memiliki tujuan atau visi yang sama dan menyadari manfaat dari tindakan tersebut. Mereka sadar bahwa kerja sama merupakan salah satu cara untuk mewujudkan visi mereka.
Dilihat berdasarkan prosesnya, kerja sama dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
1. Kerja sama spontan
2. Kerja sama langsung
3. Kerja sama kontrak
4. Kerja sama tradisional
Kerja sama spontan merupakan kerja sama yang dilakukan secara serta merta didasari oleh kesamaan visi, misalnya kerja sama yang dilakukan oleh dua orang murid untuk mengerjakan tugas sekolah atau pekerjaan rumah mereka.
Kerja sama langsung merupakan bentuk kerja sama yang terjadi karena adanya perintah dari atasan atau sesorang yang berpengaruh, misalnya sekelompok murid bekerja sama membersihkan kelas karena ada perintah dari guru mereka.
Sesuai dengan namanya, kerja sama kontrak terjadi karena adanya dasar tertentu yang termuat dalam kesepakatan bersama, misalnya seorang pegawai yang bekerja sama dengan rekan kerja sekantornya karena hal tersebut merupakan bagian dari kontrak kerja.
Kerja sama tradisional terjadi sebagai bagian antarunsur dalam sistem sosial. Dengan kata lain, kerja sama tersebut berlangsung baik secara sadar ataupun terpaksa karena mereka adalah bagian dari lingkungan itu, misalnya kerja sama gotong royong di suatu desa.
Jika dilihat berdasarkan pelaksanaanya, maka kerja sama dapat dibedakan menjadi lima bentuk yaitu gotong royong (sistem sosial), bargaining (pertukaran barang atau jasa), kooptasi (penerimaan unsur baru), koalisi (kombinasi antar organisasi), dan joint venture (pengusahaan bersama).
Akomodasi
Akomodasi merupakan bentuk interaksi sosial berupa penyesuaian diri guna menjaga persatuan dan menghindari atau merdakan pertentangan. Akomodasi mengacu pada keseimbangan sosial.
Akomodasi bertujuan untuk mengurangi perbedaan pandangan, menghindari pertentangan politik atau permusuhan antar golongan, menciptakan keseimbangan antar masyarakat yang dipisahkan oleh sistem kelas, dan mengupayakan proses pembauran di antara kelompok.
Jika dilihat berdasarkan prosesnya, akomodasi sebagai upaya untuk meredakan petentangan terdiri dari beberapa bentuk yaitu:
1. Koersi (menghadirkan paksaan)
2. Kompromi (mengurangi tuntutan)
3. Arbitasi (menghadirkan pihak ketiga)
4. Mediasi (menghadirkan juru damai)
5. Konsiliasi (mencari kesepakatan)
6. Toleransi (menghindari perselisihan)
7. Stalamet (berhenti karena seimbang)
8. Ajudikasi (melibatkan pengadilan)
9. Segregasi (saling menghindar)
10. Eliminasi (pengunduran diri)
11. Domination (menguasai lawan)
12. Majority rule (melakukan voting)
13. Minority consent (tetap bertahan)
14. Konversi (mengalah)
15. Cease fire (penangguhan)
Asimilasi
Asimilasi merupakan bentuk interaksi asosiatif berupa upaya-upaya untuk mengurangi perbedaan antar individu dan kelompok untuk mencapai kesepakatan bersama. Jadi, interaksi yang terjadi pada akhirnya fokus pada tujuan dan kepentingan bersama.
Asimilasi dapat terjadi jika masing-masing pihak memiliki sikap toleransi, saling menghargai, terbuka satu sama lain, mempunyai persamaan, dan sama-sama mempunyai kesempatan yang seimbang.
Selain itu, interaksi sosial berupa asimilasi juga dapat terjadi jika pihak-pihak yang bersangkutan sama-sama memiliki musuh yang sama di luar lingkungan mereka atau karena adanya perkawinan campuran yang menggabungkan kebudayaan berbeda.
Akulturasi
Akulturasi merupakan bentuk interaksi sosial asosiatif yang ditandai dengan berpadunya dua kebudayaan yang berbeda sehingga terbentuk suatu kebudayaan baru yang masih mengandung unsur-unsur asal dari masing-masing kebudayaan.
Reaksi masyarakat terhadap akulturasi sangat beragam. Ada masyarakat yang sangat terbuka dengan kebudayaan baru sehingga mudah berbaur dan melakukan akulturasi. Tetapi ada juga kelompok masyarakat yang tertutup dan menolak kebudayaan lain sehingga akulturasi sama sekali tidak terjadi.
Selain empat bentuk di atas, terdapat beberapa bentuk lain yang termasuk interaksi asosiatif yaitu dekulturasi, paternalisme, integrasi dan pluralisme.
Interaksi Sosial Disosiatif
Interaksi sosial disosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang sifatnya memisahkan atau menerapakan proses oposisi. Interaksi disosiatif lebih mengarah pada upaya untuk melawan seseorang atau kelompok untuk tujuan tertentu.Persaingan
Persaingan merupakan bentuk interaksi disosiatif yang ditandai dengan perjuangan kedua belah pihak atau pihak-pihak terkait untuk mencapai tujuan mereka masing-masing.
Jika dilihat berdasarkan pelakunya, maka persaingan dapat dikelompokkan menjadi persaingan individu dan persaingan kelompok.
Persaingan individu merupakan persaingan yang bersifat pribadi dan melibatkan dua orang atau lebih yang sama-sama berjuang untuk mencapai tujuan tertentu yang menjadi keinginan mereka misalnya persaingan antar calon ketua osis.
Persaingan kelompok merupakan persaingan yang bersifat non pribadi mengatasnamakan kepentingan kelompok dan melibatkan dua atau lebih kelompok yang sama-sama bersaing untuk mencapai tujuan tertentu misalnya wilayah kekuasaan.
Kompetisi dapat bersifat positif atau bersifat negatif tergantung bagaimana proses atau metode yang digunakan masing-masing pihak dalam mencapai tujuan mereka.
Kompetisi yang positif akan memicu masing-masing pihak untuk berjuang ke arah yang lebih baik. Sebaliknya, kompetisi yang negatif dan tidak sehat akan menimbulkan konflik dan pertentangan.
Kontravensi
Kontravensi merupakan bentuk interaksi disosiatif berupa upaya menentang secara tersembunyi dengan maskud untuk menghindari terjadinya konflik langsung. Kontravensi ditandai dengan adanya ketidakpuasan dan ketidakpastian yang kemudian dipendam dan disembunyikan.
Secara garis besar ada lima bentuk kontravensi, yaitu :
1. Kontravensi umum (penolakan atau perlawanan)
2. Kontravensi sederhana (penyangkalan)
3. Kontravensi intensif (penghasutan)
4. Kontravensi rahasia (pengkhianatan)
5. Kontravensi taktis (provokasi)
Konflik
Konflik atau pertentangan merupakan bentuk interaksi disosiatif berupa perjuangan individu atau kelompok untuk memenuhi tujuan mereka dengan cara menantang lawan. Konflik ditandai dengan adanya perlawanan, ancaman, atau kekerasan yang menimbulkan permusuhan.
Bentuk-bentuk pertentangan yang umum terjadi di lingkungan masyarakat antara lain:
1. Pertentangan individu karena kebencian yang timbul sejak awal.
2. Petentangan rasial yang timbul karena perbedaan ras
3. Pertentangan antar kelas karena perbedaan kelas sosial
4. Pertentangan politik karena adanya tujuan politik
5. Pertentangan internasional yang melibatkan beberpaa kedaulatan
Konflik merupakan salah satu interaksi sosial yang besar potensinya menimbulkan penyimpangan sosial dan menganggu persatuan.